Tags
Habis blog walking nemuin artikel yang menurut saya bagus untuk disimak dan dipahami…Makasih bung Debrian. Selamat membaca.
Sumber: http://www.hetpaard.info
Tak pernahkah kita berfikir bahwa semenjak kita bersekolah sampai sekarang bahwa bersekolah hanya untuk dilatih untuk bekreja sebagai pekerja. “Tenaga siap pakai”, “tenaga profesional”, itu adalah sebagian kata yang selalu terngiang pada telinga kita yang dikarenakan pada hampir seluruh lembaga pendidikan menggunakan kata itu untuk mendapatkan murid yang sebanyak-banyaknya.
Setelah lulus kuliah kita memimpikan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang kita pelajari selama dibangku kuliah dengan gaji yang tinggi dan prospek karir yang bagus sehingga kita termotivasi untuk bekerja, kemudian dengan gaji yang tinggi kita dapat menabung untuk biaya hidup kita, biaya pendidikan anak kita, dan tak lupa biaya untuk menikmati hari-hari pesiun kita. Dan setelah itu dengan tenang kita bisa menikmati hari tua kita.
Apakah anda menyadari bahwa dari pernyatan diatas kita diharuskan menjadi pekerja, kenapa? Karena semenjak kita kecil kita diajarkan untuk menjadi pekerja. Sebagai contohnya, apakah kalian ingat apa cita-cita kalian? Tentu kalian ingat, menjadi insinyur, menjadi ABRI, menjadi arsitek, dan lain-lain adalah cita-cita kalian, dan dari cita-cita tersebut diatas secara tidak langsung kita diajarkan untuk menjadi pekerja. Apakah tak ada yang memberitahu untuk menjadi seorang usahawan atau seorang bisnisman.
Menurut pendapat saya ada beberapa faktor yang mempengaruhinya :
1. Yang pertama itu adalah pekerjaan seperti ABRI, insinyur, arsitek sudah tidak asing bagi kita karena banyak saudara-saudara atau teman-teman kita menjadi salah satu dari yang diatas atau karena banyak orang yang sukses karena pekerjaan diatas dan juga kita tidak salah jika kita mengikuti profesinya kita bisa sukses.
2. Yang kedua kita tidak diperkenalkan atau tidak diajarkan profesi seperti usahawan, bisnisman.. Atau diberitahu siapa yang menggaji mereka (insinyur, arsitek, karyawan, dll) dan siapa yang memperkerjakan mereka.
Hanya sedikit orang yang menyadarinya, mungkin karena orang tua mereka seorang usahawan. Biasanya jika mempunya kedua orang tua yang berprofesi sebagai usahawan maka kemungkinan besar anaknya akan mengikuti jejaknya karena orang tua mereka akan mengajarkan ilmunya kepada anak-anaknya.
Usahawan bukan hanya sebatas presiden direktur suatu perusahaan besar yang terkenal diseluruh negeri atau bahkan dunia, tapi juga segala jenis usaha yang mereka bangun, mereka pimpin sendiri. Para freelance dalam segala bidang, orang yang membuka bengkel, salon, rumah makan, butiqe, para pedagang ditoko besar, dan para pedagang kaki lima-pun bisa disebut sebagai usahawan karena mereka semua bisa berdiri sendiri, dalam artian berusaha untuk tidak tergantung pada orang lain.
Kata orang membuka usaha itu susah, perlu keahlian khusus, perlu modal, perlu keberuntungan, perlu faktor genetik, perlu segala-galanya. Tetapi tidak semuanya itu benar, mungkin faktor modal adalah salah satunya, tetapi itu bisa diatasi dengan melakukun pinjaman kepada orang lain baik itu kepada teman, saudara, atau kepada bank jika ingin mendapatkan pinjaman yang besar. Bagaimana dengan faktor-faktor lainnya? Bila kita lihat secara seksama banyak orang-orang yang sukses memulai usahanya dari nol. Mereka memulai usahanya tanpa uang yang cukup, tanpa faktor genetik, dan mereka bukan siapa-siapa, tapi mereka memulainya dengan tekad yang kuat dan menjauhkan diri dari kata gagal. Dan satu yang perlu diperhatikan yaitu jangan takut akan kegagalan, karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, tak ada satupun orang yang sukses didunia ini yang tidak merasakan kegagalan.
Tapi mengapa hanya sedikit saja orang yang suskses dengan usahanya sendiri? Karena hanya sedikit orang yang mengetahui makna sesungguhnya dibalik kesuksesan. Alasan lainya adalah seorang bisnisman yang sukses hanya akan mengajarkan ilmu kepada orang yang menjadi pilihanya untuk dijadikan penerusnya dan biasanya adalah sanak keluarganya sendiri, maka tak jarang tujuh turunan dalam satu keluarga adalah orang sukses. Dan alasan yang lainnya adalah jika semua orang menjadi sukses dengan usahanya maka tidak akan lagi ada orang yang mau menjadi bawahan atau pekerja kita karena semua orang ingin menjadi bos. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang sedikit itu.