• (F.A.Q)
  • catatan perjalanan
  • koleksi
  • tentang saya

Luangkanlahsejenak

~ Kebahagiaan akan terasa berarti apabila kita bisa saling berbagi

Luangkanlahsejenak

Monthly Archives: May 2009

Hasil Observasi Antropologi : Mandailing Adalah Sub-etnis Batak (1)

25 Monday May 2009

Posted by agung perdana t.s in Wisata, Seni dan Budaya

≈ 7 Comments

Tags

Sejarah

“Mandailing adalah Batak, alasan mereka tidak mau disebut Batak tidak lain salah satu sebabnya adalah karena Batak pada umumnya didominasi oleh pengaruh Kristiani (agama Kristen) sehingga Mandailing yang mayoritas Islam menolak untuk disamakan menjadi Batak.” Continue reading →

Rate this:

Ini yang bener yang mana?

15 Friday May 2009

Posted by agung perdana t.s in Celoteh Nusantara

≈ 1 Comment

Tags

Brainstorming, Pendidikan

Beberapa hari yang lalu saya melakukan diskusi dengan beberapa teman dekat saya seperti panji, rio, uli, ari dan  beberapa teman di YM, kita sempat berbincang-bincang mengenai Jogjakarta berhati nyaman…apapun isinya selalu saja diakhiri dengan candaan, hujatan dan yang pasti keanehan yang berujung membuat dahi berkerut…tapi ada yang sangat menarik….

Hak anak sekolah dasar

Itulah tema yang kita usung dalam berdebat tiada tara yang sangat menggebu-gebu.

1. Sering kita mendengar anak yang membunuh orang tuanya

2. Seorang anak ditemukan tewas bunuh diri

3. Seorang anak menjadi prustasi (pake f yah)

4. Seorang anak pintar tapi dia tidak punya banyak teman

5. Seorang anak yang kehilangan haknya bermain dengan keluarganya

6. dan masih banyak lagi….karena ini lagu lama.

Itulah Indonesia…

Jadi begini temen2, dari beberapa fenomena yang terjadi di negeri “Sang Pemaaf” ini saya tidak habis pikir betapa kasihannya yah anak jaman sekarang! Mereka terlalu banyak menggunakan “otaknya” dan diasah sedemikian rupa untuk mencetak seseorang menjadi Kaliber Khusus…

Ya, itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan anak2 sekolah jaman sekarang. Dari hari kehari, hitungan detik dan langkah sekalipun mereka selalu melewati protokoler dengan sebuah sistem yang dibuat oleh kebodohan para manusia. Menjadi orang2 pintar dalam sebuah mata pelajaran di sekolah yang sangat diharapkan apalagi sampai juara kelas dan mengikuti olimpiade yang sangat bergengsi didunia yang lebih kurang ajar lagi disana.

Saya tidak akan menilai dari sisi akademisi disini karena pasti akan menjadi debat kusir…tetapi yang saya angkat disini adalah menjadi seorang anak yang berbakti terhadap orang tua dan keluarganya. Tidak banyak memang anak-anak yang bisa seimbang merasakan hidup sebagai seorang anak dari orang tua dan seorang anak yang wajib sekolah karena anak harapan bangsa.

Berapa waktu yang dibutuhkan seorang anak untuk berbagi dengan keluarganya, bersenda gurau dan bahkan melakukan komunikasi lahir dan batiin??? tidak banyak….Yang ada hanyalah seorang anak yang bangun pagi, sekolah dan mengikuti pelajaran, memadatkan otak dengan berbagai tugas dan pekerjaan rumah sampai siang atau sore hari. Belum lagi kalau ditambah dengan kegiatan ekstrakulikuler ataupun les tambahan lainnya. Kasihan sekali anak ini…mereka sampe rumah mandi lalu kemudian mengerjakan pekerjaan rumah dan tidur, besok pagi dan besok paginya lalu paginya lagi…begitulah rutinitas yang terjadi di negeri “Sang Pemaaf” ini. Apakah ini adil? hak seorang anak untuk mendapatkan kasih sayang dan ilmu yang berasal dari bapak dan ibu terlewatkan. Kasihan sekali anak jaman sekarang…Apakah ini sistem pendidikan yang baik untuk mencetak generasi penerus bangsa yang menghiraukan kebaktian seorang anak dengan cara fragmatis dengan sistem dan tidak berlangsung secara alamiah…sekalipun itu tugas negara dibatasilah mereka…kasihan sekali anak ini…ketika ditanya, De…kamu istirahatnya kapan? kok ngerjain PR terus sih? De…udah malem, besok sekolah…mainnya udahan yah…Lalu kapan interaksi yang berkualitas itu sering terjadi???? sedikit sekali teman. Anak-anak tidak akan merasa bahwa hak mereka telah dirampas dalam sebuah sistem di negeri “Sang Pemaaf” ini karena apa? ya karena mereka masih anak-anak dan anak-anak tidak tahu banyak, anak-anak tidak tahu kritis, mereka yang penting belajar yang hanya didapatkan didalam sekolah…

Kasihan sekali anak-anak jaman sekarang…..

Rate this:

Petualangan dan Cinta dan juga Afrika

15 Friday May 2009

Posted by agung perdana t.s in Celoteh Film

≈ Leave a comment

Tags

Film

OUT OF AFRICA film terbaik 1986 patut diacungi 3 jempol deh…film yang berlatar belakang di Afrika ini sangat memikat hati dan dihadirkan pula kehidupan satwa2 liar disana yang akan terasa juga fantasinya.

Pemain : Meryl streep, Robert Redford

Sutradara : Sidney Pollack

Sinopsisnya:”SAYA harus pergi,” cetus Karen di antara pohon-pohon tinggi, di tepi hutan, di tengah keasyikan berburu. “Ke mana saja, Amerika… Sri Lanka… Afrika.” Suara Karen adalah letupan hati yang terluka. Untuk kesekian kali ia dikhianati pacarnya, Hans von Blixen, saudara Bror von Blixen, pria yang saat itu berusaha menyabarkannya.

Lari adalah bagian dari pedih peri, dan Karen tergolong sedikit wanita yang sungguh-sungguh melakukannya. Ia memilih lari ke Afrika — tepatnya ke Kenya, tapi sebelum itu ia memilih Bror sebagai suaminya. Malang bagi Karen, Bror ternyata tidak lebih baik dari Hans, hal yang baru terungkap sesudah wanita ini telanjur menanamkan uangnya di bukit Ngong, pada perkebunan kopi yang cukup luas tapi tidak cukup menguntungkan.

Tidak banyak beda dari bangsawan Eropa pada pergantian abad ini, Bror yang bergelar baron itu senang bertualang dan senang main perempuan. Kepada Karen ia cuma sanggup memberikan gelar bangsawan dan sifilis. Pada masa itu sekitar Perang Dunia I –kendati ada kereta api di Kenya, dan pesawat terbang sudah ditemukan, belum ada obat manjur untuk sifilis. Masih dalam usia sangat muda Karen yang penuh vitalitas itu harus menyadari bahwa hidupnya sudah separuh hancur.

Ia pulang ke Denmark untuk berobat. “Arsenik adalah sekutu saya melawan musuh yang tidak pernah saya lihat,” begitu tulis Karen tentang obat sifilis paling ampuh di amannya. Ia sembuh, tapi kehilangan peluang untuk punya anak. Toh Karen kembali ke Afrika, menemui Bror yang merasa berdosa, dan yang minta maaf, dan yang tetap main perempuan. Ketika akhirnya Karen mengharuskan Bror angkat kaki dari rumah, Bror menerima vonis itu dengan patuh. Bahkan ketika sekali waktu ia menemukan Karen berdua-dua saja dengan Denys Finch Hatton di rumah itu, Bror tetap tenang. “Semestinya Anda sudah melamar dia,” hanya itu ucapnya. “Memang,” kata Denys, tak acuh.

Kenyataannya, Denys tidak pernah melamar Karen. Dia bukan petualang tipe Bror yang sekadar mengembara di dunia wanita dan sekitarnya. Berasal dari keluarga bangsawan Inggris, pernah mengecap pendidikan di Eton dan Oxford, Denys identik dengan semangat petualangan itu sendiri, sesuatu yang mengingatkan kita pada Hemingway. Dia hanya mengenal kebebasan, kesendirian, kegelisahan, pencarian diri, dan pencarian hakikat yang tidak putus-putusnya.

Adalah Afrika, sastra dan singa-singa yang mempersilangkan jalan nasib Karen dan Denys. Kesemua itu punya daya tarik yang sama kuatnya terutama karena Denys, di samping biasa menjual gading dan menembak singa, senang pula pada sastra seperti Karen juga. Wajar jika kehadiran Denys yang tampan menguntumkan harapan di hati Karen.

Sikap pria itu yang tidak terikat pada nilai-nilai lama — kecuali nilai-nilai yang dibuatnya sendiri — telah memudahkan segalanya. “Saya kebal terhadap segala penyakit,” kata Denys ketika mendengar pengakuan Karen bahwa ia pernah mengidap sifilis. Hubungan mereka pun terbina, hubungan antara dua kekasih yang tidak pernah sekali pun mengucapkan cinta.

Harus diakui kemahiran Sutradara Sidney Pollack mengolah tema cinta jenis ini: sangat bergairah tapi juga sangat berpotensi untuk pecah (ingat The Way We Were). Dan penyebabnya jelas: Denys tidak sedia membagi hidupnya dengan siapa pun, sementara Karen secara sangat tidak bijak menuntut sebuah perkawinan.

Sebenarnya tidak sukar bagi Karen untuk memahami gaya hidup Denys — tapi dalam perkara cinta, seorang wanita adalah seorang wanita. Ini terungkap jelas dalam kata-kata Karen, “Dengan perkawinan setidaknya ada seorang pria yang bisa saya miliki untuk saya sendiri.” Gagasan ini terdengar asing di telinga Denys.

Percintaan modern memang kaya dan menjadi lebih menarik untuk difilmkan karena hal-hal seperti pandangan hidup, sikap hidup, cita-cita. Pada mulanya semua itu dirasa mutlak, begitu besar dan tidak bisa ditawar-tawar, tapi kemudian terbukti bukan apa-apa. Ketika Denys akhirnya menyadari bahwa konsep hidup bersendiri yang dipertahankannya mati-matian mulai lumer perlahan-lahan –karena tuntutan cinta — maka segalanya sudah terlambat. Dan takdir seakan ikut menunjang: pesawatnya terbakar di Tsavo, Denys tewas, padahal dia sudah berjanji akan mengantar Karen ke Nairobi.

Penonton yang pernah membaca buku Out of Africa, karya Isak Dinesen (nama samaran Karen Blixen), akan beroleh kesan bahwa kisahnya agak lain. Memang dalam buku itu, kehidupan pribumi Afrika mendapat porsi terbesar, sementara yang terangkat dalam film adalah kehidupan pribadi pengarangnya. Toh bukan berarti Afrika cuma sekadar bingkai. Kamera telah sangat peka menangkap nuansa-nuansa yang khas: terik matahari di atas padang, awan yang keperakan, masyarakat kolonial.

Dan Meryl Streep, sebagai Karen, bermain bagus hingga Robert Redford, yang memerankan Denys, terbawa olehnya. Beberapa adegan (dan dialog) sangat mengesankan: pertarungan lawan singa, percintaan menggebu Karen-Denys — yang hanya Pollack sendiri mampu mengungkapkannya — dan juga dansa mereka yang penghabisan. Ketika film berakhir pada semak dan padang, ketika udara hening dan kaki langit terbentang di belakangnya, penonton hanya dapat merasa bahwa tujuh Oscar itu memang layak untuk Out of Africa.

Sumber: Majalah Tempo

Rate this:

Mengapa kita dilatih sebagai pekerja ?

12 Tuesday May 2009

Posted by agung perdana t.s in Celoteh Nusantara

≈ Leave a comment

Tags

Brainstorming, Pendidikan

Habis blog walking nemuin artikel yang menurut saya bagus untuk disimak dan dipahami…Makasih bung Debrian. Selamat membaca.

Sumber: http://www.hetpaard.info

Tak pernahkah kita berfikir bahwa semenjak kita bersekolah sampai sekarang bahwa bersekolah hanya untuk dilatih untuk bekreja sebagai pekerja. “Tenaga siap pakai”, “tenaga profesional”, itu adalah sebagian kata yang selalu terngiang pada telinga kita yang dikarenakan pada hampir seluruh lembaga pendidikan menggunakan kata itu untuk mendapatkan murid yang sebanyak-banyaknya.

Setelah lulus kuliah kita memimpikan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang yang kita pelajari selama dibangku kuliah dengan gaji yang tinggi dan prospek karir yang bagus sehingga kita termotivasi untuk bekerja, kemudian dengan gaji yang tinggi kita dapat menabung untuk biaya hidup kita, biaya pendidikan anak kita, dan tak lupa biaya untuk menikmati hari-hari pesiun kita. Dan setelah itu dengan tenang kita bisa menikmati hari tua kita.
Apakah anda menyadari bahwa dari pernyatan diatas kita diharuskan menjadi pekerja, kenapa? Karena semenjak kita kecil kita diajarkan untuk menjadi pekerja. Sebagai contohnya, apakah kalian ingat apa cita-cita kalian? Tentu kalian ingat, menjadi insinyur, menjadi ABRI, menjadi arsitek, dan lain-lain adalah cita-cita kalian, dan dari cita-cita tersebut diatas secara tidak langsung kita diajarkan untuk menjadi pekerja. Apakah tak ada yang memberitahu untuk menjadi seorang usahawan atau seorang bisnisman.

Menurut pendapat saya ada beberapa faktor yang mempengaruhinya :
1. Yang pertama itu adalah pekerjaan seperti ABRI, insinyur, arsitek sudah tidak asing bagi kita karena banyak saudara-saudara atau teman-teman kita menjadi salah satu dari yang diatas atau karena banyak orang yang sukses karena pekerjaan diatas dan juga kita tidak salah jika kita mengikuti profesinya kita bisa sukses.
2. Yang kedua kita tidak diperkenalkan atau tidak diajarkan profesi seperti usahawan, bisnisman.. Atau diberitahu siapa yang menggaji mereka (insinyur, arsitek, karyawan, dll) dan siapa yang memperkerjakan mereka.

Hanya sedikit orang yang menyadarinya, mungkin karena orang tua mereka seorang usahawan. Biasanya jika mempunya kedua orang tua yang berprofesi sebagai usahawan maka kemungkinan besar anaknya akan mengikuti jejaknya karena orang tua mereka akan mengajarkan ilmunya kepada anak-anaknya.

Usahawan bukan hanya sebatas presiden direktur suatu perusahaan besar yang terkenal diseluruh negeri atau bahkan dunia, tapi juga segala jenis usaha yang mereka bangun, mereka pimpin sendiri. Para freelance dalam segala bidang, orang yang membuka bengkel, salon, rumah makan, butiqe, para pedagang ditoko besar, dan para pedagang kaki lima-pun bisa disebut sebagai usahawan karena mereka semua bisa berdiri sendiri, dalam artian berusaha untuk tidak tergantung pada orang lain.

Kata orang membuka usaha itu susah, perlu keahlian khusus, perlu modal, perlu keberuntungan, perlu faktor genetik, perlu segala-galanya. Tetapi tidak semuanya itu benar, mungkin faktor modal adalah salah satunya, tetapi itu bisa diatasi dengan melakukun pinjaman kepada orang lain baik itu kepada teman, saudara, atau kepada bank jika ingin mendapatkan pinjaman yang besar. Bagaimana dengan faktor-faktor lainnya? Bila kita lihat secara seksama banyak orang-orang yang sukses memulai usahanya dari nol. Mereka memulai usahanya tanpa uang yang cukup, tanpa faktor genetik, dan mereka bukan siapa-siapa, tapi mereka memulainya dengan tekad yang kuat dan menjauhkan diri dari kata gagal. Dan satu yang perlu diperhatikan yaitu jangan takut akan kegagalan, karena kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, tak ada satupun orang yang sukses didunia ini yang tidak merasakan kegagalan.

Tapi mengapa hanya sedikit saja orang yang suskses dengan usahanya sendiri? Karena hanya sedikit orang yang mengetahui makna sesungguhnya dibalik kesuksesan. Alasan lainya adalah seorang bisnisman yang sukses hanya akan mengajarkan ilmu kepada orang yang menjadi pilihanya untuk dijadikan penerusnya dan biasanya adalah sanak keluarganya sendiri, maka tak jarang tujuh turunan dalam satu keluarga adalah orang sukses. Dan alasan yang lainnya adalah jika semua orang menjadi sukses dengan usahanya maka tidak akan lagi ada orang yang mau menjadi bawahan atau pekerja kita karena semua orang ingin menjadi bos. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang sedikit itu.

Rate this:

aperdanats

  • agung perdana t.s

Kategori

  • Agenda Luangkanlahsejenak (14)
  • Celoteh Film (5)
  • Celoteh Lingkungan (26)
  • Celoteh Nusantara (15)
  • Celoteh Pertanian (2)
  • Environment & Social Responsibility (1)
  • Jepretan Alamakjang (4)
  • Reportase Perjalanan (10)
  • Seputar Gorontalo (2)
  • Seputar Yogyakarta (1)
  • status (4)
  • Wisata, Seni dan Budaya (32)

Archives

  • September 2014
  • January 2013
  • August 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • January 2012
  • August 2011
  • April 2011
  • September 2010
  • June 2010
  • May 2010
  • April 2010
  • March 2010
  • February 2010
  • January 2010
  • December 2009
  • November 2009
  • October 2009
  • September 2009
  • August 2009
  • July 2009
  • June 2009
  • May 2009
  • April 2009
  • March 2009
  • January 2009

Angkringan Brainstorming Buku Download Film Hunting Internet Jazz Kagama Riau Karier Karimunjawa Konservasi Lagu Lomba Pendidikan Perjalanan Petualangan Puisi Sejarah Seminar Seni Snapshoot Wisata yogya semesta

Link populer

  • Dunia Fotografi
  • Hyem
  • Jejak Petualang
  • Kick andy
  • Mac Indonesia
  • Mac Internasional

Warta dunia

  • greenpeace
  • koran internet
  • Lowongan kerja
  • National geographic
  • pertaniansehat
  • situshijau
  • supportergreenpeace
  • supporterwwf
  • wwf

Blog teman

  • hermawan kartajaya
  • ipin
  • Laili Aidi
  • nahda
  • nursatria
  • plantagama
  • primordia
  • rosodaras
  • S. Riyanta
  • sita
  • uup
  • wimar witoelar
  • yulian

Core

  • Register
  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.com

RSS National Geographic

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

RSS Travel detik

  • An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

Twitter @airasiaID

  • RT @andrewiredja: Enjoying Komodo National Park, Labuan Bajo mesmerizing view. You guys should visit this place at least one in our lifetim… 3 years ago

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 10 other subscribers
Sebuah petualangan tidak hanya meluangkan waktu, keringat dan materi saja tetapi itu adalah sebuah perjalanan spiritual dalam peningkatan kualitas hidup seseorang...agungpts_2010

Blog Stats

  • 82,888 pengunjung


Google PageRank Checker

Create a free website or blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
  • Follow Following
    • Luangkanlahsejenak
    • Already have a WordPress.com account? Log in now.
    • Luangkanlahsejenak
    • Customize
    • Follow Following
    • Sign up
    • Log in
    • Report this content
    • View site in Reader
    • Manage subscriptions
    • Collapse this bar